Wednesday, March 21, 2012

Bunuh diri (dalam Bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal sebagai Harakiri) adalah tindakan mengakhiri atau menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Alasan atau motif bunuh diri bermacam macam, antara lain:
1.       Dilanda keputusasaan dan depresi
2.       Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
3.       Gangguan kejiwaan
4.       Himpitan ekonomi
5.       Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
6.       Dll.
Fakta yang terjadi justru di negara raksasa ekonomi, seperti Korea Selatan, angka kasus bunuh diri amat tinggi. Sebuah laporan menyebutkan bahwa Korea Selatan menempati peringkat tertinggi kasus bunuh diri di dunia. Pada 2009, jumlah kasus bunuh diri di negeri ginseng itu mencapai 14.579 yang menunjukkan peningkatan 18,8 persen dari 12.270 kasus pada 2008. Ini berarti tingkat bunuh diri 2009 adalah 29,9 persen untuk setiap 100.000 orang. Total populasi Korea Selatan adalah 49 juta jiwa lebih.
Angka ini bahkan lebih tinggi dari yang dirilis dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi) Factbook 2010. Data OECD Factbook 2010 menunjukkan 21,5 persen kasus bunuh diri dari setiap 100.000 orang. Dari data ini saja, Korea menduduki peringkat tertinggi kasus bunuh diri dari 31 negara OECD. Jepang menduduki tempat kedua dengan 19,1 persen kasus bunuh diri dari setiap 100.000 orang.

Walau tidak ada catatan statistik yang akurat, selebritas Korea tampak lebih rentan bunuh diri ketimbang artis di Amerika, Eropa, atau Jepang. Padahal tekanan yang dialami dalam mencapai ketenaran kurang lebih sama.
Hwang Sang-Min, seorang psikolog dari Universitas Yonsei, mengungkapkan bahwa orang Korea cenderung membentuk identitas mereka sesuai pandangan orang lain terhadap dirinya. Selain itu, mereka juga memiliki konsep Han — yaitu bersikap diam dan berusaha tabah walau dalam keadaan marah. “Percaya atau tidak, negara Korea ternyata memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.”
Pekerjaan sebagai selebritas yang sangat lekat dengan urusan pencitraan (alias tergantung pada popularitas) membuat konsep Han jadi amat berat dilaksanakan. Terutama bila mereka sedang menghadapi situasi yang buruk. Hidup sebagai artis korea yang penuh dengan tuntutan pekerjaan sebagai artis oleh para agency atau manajemen artis korea yang begitu tinggi dan membuat mereka tidak memiliki waktu luang yang lebih bebas sebagai pribadi mereka sendiri. Dari jadwal pekerjaan yang penuh, hingga manajemen artis yang menuntut akan banyak hal sampai kehidupan pribadi mereka, mereka harus menjaga citra sebagai artis, dan sampai jadwal latihan yang begitu ketat hingga membuat mereka merasa lelah sebagai artis, bahkan ada manajemen artis yang mengatur dengan siapa artis tersebut boleh berkencan. Banyak hal pribadi seperti itulah yang mengakibatkan mereka mengalami depresi berat. Karena selebritas tidak lagi mampu menunjukkan citra baik dan tenang, mereka cenderung frustrasi, menyerah, dan mengambil pilihan drastis — salah satunya adalah bunuh diri.
Selain karena depresi berat yang telah dialami oleh artis-artis korea yang bunuh diri, pemaksaan seksual dan pelecehan seksual atau kekerasan seksual juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak artis korea wanita mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh instanti terkait terhadap artis korea, ternyata banyak dari artis korea yang mengalami pemaksaan seksual dan yang mengalami kekereasan atau pelecehan seksual. Pemaksaan seksual dan pelecehan seksual biasanya dilakukan oleh para agency mereka sendiri, dimana sebagian dari artis korea wanita mereka dipaksa untuk melayani bos bos rumah produksi tempat mereka bernaung dan juga ada kabar bahwa mereka juga disuruh untuk melayani relasi bos rumah produksi, ini demi kepentingan bisnis bos bos rumah produksi tempat para artis korea wanita tersebut bernaung.
Faktor lain yang juga berpengaruh dalam tingginya tingkat bunuh diri di kalangan selebritas Korea adalah kurangnya program konseling. Budaya Korea yang cenderung tertutup juga membuat para selebritas itu malu jika ketahuan publik saat pergi ke konseling atau sedang mengalami depresi. 
Selain itu, faktor agama rupanya juga memegang peran. Hampir setengah penduduk Korea tidak memiliki agama, sehingga ketika mereka mengalami depresi, penghargaan terhadap nilai kehidupan pun rendah. Kepercayaan akan konsep reinkarnasi juga membuat orang Korea terdorong untuk mengakhiri hidup mereka dan menjalani kehidupan baru yang mungkin lebih baik dari sekarang.
Yang mengkhawatirkan, banyaknya kasus bunuh diri di kalangan selebritas menimbulkan kecenderungan serupa di kalangan penggemar mereka. Sejak kematian aktris Lee Eun-Ju pada 2005, tingkat bunuh diri dikabarkan mengalami peningkatan cukup signifikan. Oh Kangsub, seorang psikiater di RS Kanbuk Samsung mengatakan, “Ketika seorang selebritas bunuh diri, penggemar mereka akan mengikuti aksi sang idola.”
Sebagai langkah antisipasi, kabarnya saat ini pemerintah Korea sedang gencar menggalakkan program konseling di banyak rumah sakit untuk membantu para warga yang sedang depresi.

Sumber:
·         wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
·         SuperJunior_Everlasting’s note @ facebook.com

Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.
Kesehatan mental tertentang dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
1.    Hadfield : ”upaya memeliharaan mental yang sehat dan mencegah agar mentak tidak sakit”.
2.    Alexander Schneiders : ”suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis”.
3.    Carl Witherington : ”ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat”.
 
KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT
1.   Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak.
Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2.   Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3.   Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
4.   Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).
ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.
 
 
Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :

1.         Perasaan tidak nyaman (inadequacy)


2.        Perasaan tidak aman (insecurity) 

3.         Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)


4.         Kurang memahami diri (self-understanding)

5.         Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial


6.        Ketidakmatangan emosi 

7.         Kepribadiannya terganggu


8.        Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).

 

Sumber : Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
Diambil dari : http://www.psychologymania.com/2011/03/pengertian-dan-karakteristik-kesehatan.html

;;