Thursday, May 2, 2013
Terapi
perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan
untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory)
yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression,
anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain
menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku
yang tidak diinginkan.
SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson
dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan
kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi
perilaku formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan
percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell untuk mengkondisikan
anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai
Stimulus dan Respon.
Terapi
perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian
oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu
termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara
umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan
(Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck)
yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah
perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara
karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner
dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang
menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi
berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi
perilaku.
Ogden
Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program
grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner
secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan
pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred
S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction.
Program
ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald
Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk
mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.
Tujuan:
Tujuan
umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi
proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah
dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika
tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari
ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi
tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil
belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar
yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum
dipelajari;
- Meningkatkan perilaku, atau
- Menurunkan perilaku
- Meningkatkan perilaku:
- Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
- Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
- Mengurangi perilaku:
- Punishment: memberi stimulus aversi
- Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
- Extinction: menahan reinforcer
Teori dasar Metode Terapi Perilaku
- Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
- Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
- Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis
tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian
pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku
secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam
mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan
prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku
yang baru dan adjustive.
Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan
hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam
proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen
pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran
yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun
daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .
Bentuk bentuk terapi Perilaku
1. Sistematis Desensitisasi, adalah
jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk
membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya.
Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant
conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan,
Joseph Wolpe.
Dalam
metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk
mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien
dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi
sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu
akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian
mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia
spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses
desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional
dari sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung
untuk menghindarinya.
Tujuan
dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola
memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.
2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk
berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive.
Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek
menghadapi respons dan menghentikan pelarian.
Metodenya
dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan
menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat
kecemasannya. Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping
strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan
pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri
sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.
3. Modifikasi perilaku, menggunakan
teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku,
seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan
melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan
pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike
pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini
digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan
untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan
perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah
satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku
dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio
lima pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai
efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan
menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding, adalah
teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja
dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya
ketakutan pada laba laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung
bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang
terjadi.
Banjir
ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding
adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain
psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian
klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah
perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.
Tehnik Terapi:
- Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
- Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
- Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
- Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
- Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5. Latihan relaksasi
Relaksasi
menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu
kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer,
dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah
dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah
dikenal selama berabad-abad.
Sebagian
besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang
dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot
besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil
di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan
hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan tape recorder
untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan
mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien
diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang
berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut
memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi seperti
yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.
6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.
- Attention to the model.
- Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
- Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
- Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
- reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan Asertif
Tehnik latihan asertif membantu klien yang:
- Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.
- Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
- Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
- Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Prosedur:
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya,
klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk
melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta
mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara Terapinya:
Pertama-tama
klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis,
sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi
atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba
tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien
boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan
peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih
klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik
pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan
gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai
tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi
ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme,
Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik
aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya
memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku
yang tidak diinginkan.
Efek-efek samping:
- Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
- Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
- Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah
laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri
organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku
paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca,
berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut
Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi.
Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau
penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian
operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian
operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan
intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
- Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
- Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
- Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.
- Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
- Modeling, metodenya dengan mengamati seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang model. Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
- Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Hasil Terapi Perilaku
Terapi
perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan.
Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan
lebih murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna
untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai
contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang
berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan
bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala
pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang sebagai akibat
dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari
gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala
baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan
controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic
adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis
yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan
gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi
percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu
disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli
terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari,
tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai
kemanjuran terapi perilaku.
Seperti
pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan
kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan
terapi perilaku.
Reference:
- Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama, 2009, Bandung
- Michel Hersen, Encyclopedia of Psychotherapy, Pacific University, Forest Grove, Oregon. AP.
- Windy Dryden, Developments in Psychotherapy, SAGE Publications Ltd, 2006, London.
- John and Rita Sommers, Counseling and Psychotherapy theories in context and practice, John Wiley & Sons, Inc, 2004, New Jersey.
- Dan Berbagai sumber di internet.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment